Malam yang gelap, diselimuti oleh angin yang malam yang bisa kurasakan dinginnya dan
ditemani oleh bintang serta bulan. Tiba-tiba ponsel ku bergetar, ku raih
ponselku dan ketika ku lihat ternyata ada pesan singkat dari sebuah nomor
telepon yang tidak kukenal. Kemudian aku buka sms nya yang berisi, “Halo kak,
saya Arya, saya yang sering diceritain sama kak Rahman. Ini kak Riris kan?”
Sontak aku senang, “Akhirnya aku punya teman smsan juga” Batinku. Kemudian kubalas
pesan singkat dari nya, “Hai, ya. Iya benar ini aku Riris..”
Mulai saat itu, kami jadi sering sekali SMS-an. Pernah sesekali iya me miss
call ku. Aku tidak tahu apa tujuannya. Hari berganti hari, baru tiga hari
kami SMS an, tiba-tiba ia mengatakan, “Hmm, kak. Bagaimana kalau kita
berpacaran? Eh tapi mungkin kakak gak mau, ya? Kan kakak mau UN. Mungkin saja
aku menggangu kakak..” Dia beralibi. Kemudian ada pesan singkat yang tidak
cukup di pesan sebelumnya, “Tapi, jika tidak dicoba, mana seru. Ah, saya telpon
ya kak. Angkat lho!” Belum sempat ku
membalas ponselku kembali bergetar, ketika itu pula dia menelponku.
“Halo, kak. Hmm, jadi gimana ya bilangnya. Hmm, saya bingung
nih..”
“Yaudah, ngomong aja, jangan bingung-bingung deh…”
“Okay, jadi gini, kak. Mau gak jadi pacar saya?”
“Hmm, gue bingung deh gimana ya jawabnya? Emang harus di
jawab sekarang juga, ya? Hahaha”
“Emang mau nya kapan? Atau mau ngomong langsung?”
“Eh, jangan. Iya, hmm, jadi, gue… bagaimana kalau gue jawab
IYA…?”
“Iya, iya apa nih? Hahaha”
“Iya, gue mau jadi pacar lu, hahaha…”
“Serius kak? Yaudah saya matiin ya.”
“Ya, gue serius kok. Okay.”
*tut-tut-tut-tut*
Telepon pun terputus dan resmi lah saat ini kita berpacaran.
Dan aku, aku mulai terbiasa untuk mengetik kata ‘aku-kamu’ dengan laki-laki,
dengan notaben aku yang sudah menjomblo
selama 2 tahun dan sekarang aku memiliki pacar, seorang adik kelas, 2 tahun dibawah ku.
Malam minggu alias malming
dia menelepon ku. Aku sangat gembira, ya maklum lah seorang mantan jomblo setelah lama tidak di telepon
oleh laki-laki. Akhirnya, dia menelpon ku ketika ia sedang nongkrong diluar bersama teman-teman tongkrongan nya, sambil mendengar ledekan yang datang silih
berganti dari teman-temannya. Aku hanya tertawa kecil mendengarnya. Kemudian
kami melanjutkan bincang-bincang singkat kami. Kemudian tiba-tiba ia mengatakan
“sms-an aja ya, berisik banget soalnya..” “Oh, yaudah..” Seketika handphone ku
mati, jujur, aku merasa sedih. Tapi kucoba tetap senang, “Masih mending dia mau
telepon elu, Ris..” Batinku. Kami kembali sms-an.
SMS dan tiba-tiba aku mulai mengantuk dan aku katakan, “ya, aku tidur dulu ya,
good night, ya.{}♥” Dia membalas, “Yaudah,
have a nice dream{}:*”
Hari Senin pun datang, ini adalah hari pertama UAS. Aku dan
dia, kita saling memberi semangat, satu-sama lain. Aku tak menyangka, hari ini
akan dibully oleh teman-teman sekelasku,
karena mereka semua mengetahui bahwa aku berpacaran dengan adik kelas. Hmm,
tapi dihari pertama aku tidak melihat dia sama sekali. Begitu juga dihari
kedua. Tapi di hari ketiga aku bertemu dengannya. Aku di antarkan pulang, tidak
kerumah, hanya separuh jalan saja. Karena rumah ku dengan rumahnya memiliki
jarak yang sangat-sangat jauh. Dia berkata “tidak apa-apa, aku sih santai.”
Tapi tidak denganku, aku khawatir denganmu. Baiklah, akhirnya ia mengalah dan
mengantar ku sampai separuh jalan kesepakatan kita tadi. Sesampainya aku di
tempat tersebut, aku turun, kita mengobrol sebentar sambil mencubit kecil
pipiku. Kemudian angkutan yang aku tunggu datanglah. Langsung aku naik ke dalam
angkutan umum tersebut, kulihat ia sudah hilang dari selayang pandang ku,
mungkin ia sudah pulang. Ya, langsung saja aku meng-sms dia, “Terimakasih sudah mengantarku tadi, hihi. Hati-hati, ya{}”
“Iya sama-sama, kamu juga yaa{}”
Belum malam hari, Sekitar sehabis Ashar, sekitar pukul 16.00 dia menelpon ku, aku angkat dan kita
bercanda-canda sekitar kurang lebih 1 jam. Kita mengobrol apapun, sangat
atraktiv. Aku senang mendengar suaranya, mendengar tawanya. Hari-hariku
sangatlah terasa indah. Sudah dekat Maghrib, kami pun menghentikan obrolan kami
melalui ponsel selular. Kita menghentikan obrolan untuk bersih diri dari
kegiatan yang melelahkan selama setengah hari. Malam hari pun datang, kita
kembali sms an sampai larut, jam
menunjukkan pukul 21.57 WIB. Aku mulai mengantuk, begitu juga dia. Aku pun tak
sengaja tertidur, dan dia kembali meng-sms
ku “Yah kan aku ditinggal tidur, yaudah good night imut, have a nice
dream{}:p”
Aku merasa bersalah padanya, karena aku tak memberi tahunya
bahwa aku sudah mulai mengantuk, dan aku hendak tidur mendahuluinya. Alasanku
adalah, karena aku ingin terus kita berhubungan tanpa ada waktu yang
menghalangi, tapi waktu tak mengizinkan ku terus menghubunginya. Sampai
akhirnya pagi pun datang, langsung saja ku ambil ponsel ku dan mulai mengetik
pesan singkat untuk dia, “ya, maaf banget aku tidur duluan, maaf banget yaL Good morning{} have a
nice day:*” “Iya gapapa hehe, morning too{}” Balasnya. Ku merasa ada sesuatu
yang berbeda, tak seperti biasanya. Baiklah, mungkin itu hanya perasaanku saja.
Sesampainya aku disekolah, tak banyak aku mengirim pesan
singkat untuknya karena bel telah berbunyi, pertanda ujian 2 mata pelajaran
pertama akan dimulai, waktu seolah-olah aku kuasai sebentar untuk memberi
semangat untuk dia yang terkasih, “Semangat ya ujiannya J{}…” Tidak ada lagi pesan
masuk yang datang, baiklah kupikir ponselnya sudah diletakkannya di dalam tas.
Ujian hari itu pun telah berakhir, siang datang tak lupa ku
mengirim pesan singkat kepadanya “Jangan lupa Sholat Dzuhur dan makan siang
yaaa! ;))” “Yaa,baiklah, sebentar ya, aku mau sholat…” balasnya. “Selesai ;;)
iya tapi aku malas makan siang, aku ngantuk..” Pesan tersebut muncul di
ponselku. “Yaudah, tidur gih~Makan dulu
tapi, yaaa” Aku membalas.
Kurang lebih 45 menit dia tak membalas pesan singkatku, aku
sedang bermain di rumah temanku, bersama dengan teman lainnya. Seketika ada
pesan masuk, aku senang karena ponselku bergetar. Isi pesan singkatnya adalah
“Hmm, kita putus ya?” “Kenapa? Haha” balasku singkat. Beebrapa menit kemudian
dia membalas “Aku masih sayang sama mantanku, aku gak mau kamu jadi pelampiasan
aku, maafL”
Aku lemas, baru 6 hari kita berpacaran tapi aku rasa aku sudah mulai untuk
mencintainya. Aku menjadi merasa bersalah terhadap diriku ini, aku merasa aku
sangat-sangat terlalu cepat mencintai orang yang sebelumnya tidak aku kenal.
Aku tidak tau harus membalas apa, kuserahkan ponselku ke temanku yang berada di
samping ku, “Ris, kok dia parah banget sih?” Tanya temanku, aku hanya tersenyum
menjawab pertanyaan darinya, aku tak sanggup berkata-kata.
Kini hari-hari ku sepi tanpanya. Andaikan aku tak pernah
bertemu dengannya, mungkin aku tak perlu merasa terbang terlalu jauh dan jatuh
terlalu keras. Andaikan aku dulu tak terlalu cepat mencintainya, mungkin sampai
hari ini aku masih bisa tersenyum lebar tanpa harus menutupi sesuatu. Andaikan
waktu itu dia tidak memintaku untuk menjadi kekasihnya, mungkin saat ini aku
masih bisa menghubunginya lewat pesan singkat di ponselku. Andaikan waktu
memberiku izin untuk bersamanya lebih lama, mngkin hari-hariku akan terus
berwarna. Tapi apalah daya, tuhan menginginkan jalan lain untukku. Mngkin tuhan
menunjukkanku bahwa sebenarnya ia seseorang yang tidak baik, atau tuhan ingin
memberitahu kepadaku rasanya memiliki seseorang yang hanya sebentar untuk
pelajaranku di hari esok agar aku lebih bisa lebih bijak dalam mengambil sikap.
Hanya tuhan yang mengetahuinya, karena terkadang apa yang kita inginkan bisa
jadi bukan yang kita butuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar